Senin, 15 April 2019

Masuk Holding BUMN Tambang, Krakatau Steel 'Diselamatkan' Inalum - detikFinance




Jakarta

-

Kementerian BUMN

saat ini tengah mencari cara untuk menyelamatkan keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Berbagai cara dilakukan untuk menyembuhkan BUMN produsen baja itu.

Salah satu cara yang akan dilakukan adalah merestrukturisasi utang-utang KRAS. Para bank BUMN yang tergabung dalam Himbara pun sudah menyetujui rencana restrukturisasi utang tersebut.

"Pada intinya kita mendukung karena Krakatau Steel industri strategis nasional. Kita melihat bahwa prospek industri strategis nasional dengan pertumbuhan demand dari sektor infrastruktur dan konstriksi harusnya masih bagus. Jadi kita mendukung," kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Gedung BEI, Jakarta, Senin (15/4/2019).





Pria yang akrab disapa Tiko menjelaskan, untuk restrukturisasi utang itu akan dilakukan dalam beberapa skema. Seperti restrukturisasi pengambilan aset hingga skema penerbitan obligasi wajib konversi (convertible bond) dengan tenor yang panjang.

Selain itu, penyembuhan KRAS diharapkan juga bisa dilakukan dengan memasukkan perusahaan ke dalam holding BUMN pertambangan. Sang induk holding, PT Inalum (Persero) diharapkan bisa membantu KRAS menyehatkan keuangannya.

"Nanti peranan Inalum nanti sebagai calon holding dari KRAS membantu juga supaya KRAS lebih kompetitif dan efisien dalam beroperasi ke depan," ucapnya.

Mengutip CNBC Indonesia, rugi bersih KRAS senilai US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs Rp 14.00) menurun dibandingkan 2017 senilai US$ 81,74 juta. Selain itu, KRAS mencatatkan kenaikan pendapatan 20% menjadi US$ 1,73 miliar, dibandingkan 2017 sebesar US$ 1,44 miliar.

Nah, yang menjadi tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat US$ 2,49 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.

KRAS juga mencatatkan beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, KRAS mencatatkan total aset US$ 4,29 miliar, dengan total aset tidak lancar US$ 3,31 miliar dan total aset lancar US$ 989,720 juta. Selain itu, nilai kas dan setara kas turun menjadi senilai US$ 173,28 juta dari tahun sebelumnya US$ 280,87 juta. (das/ara)












Read More

Tidak ada komentar:

Posting Komentar