Jakarta
- Industri otomotif Indonesia saat ini diramaikan oleh mobil di segmen kendaraan bermotor hemat energi harga terjangkau (KBH2) alias Low Cost and Green Car (LCGC). Namun, mobil yang masuk program LCGC cuma dari pabrikan Jepang.
Saat ini setidaknya ada beberapa LCGC, antara lain Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Toyota Calya, Daihatsu Sigra, Datsun GO Panca, Datsun GO+ Panca, Karimun Wagon R, dan Honda Brio Satya. Kenapa tidak ada merek selain Toyota, Daihatsu, Datsun, Suzuki dan Honda yang bermain di segmen LCGC?
Soerjo melihat tren beberapa agen pemegang merek yang lebih memilih segmen low MPV dan SUV. Pendatang baru pun tak ada yang bikin LCGC baru.
"Kalau (mobil) China mau buat LCGC kenapa nggak buat LCGC? Kenapa (pabrikan) China bikin MPV Low lebih turun (harga lebih murah), SUV lebih turun (lebih murah), kenapa nggak bikin SUV aja yang LCGC?" kata Soerjo.
Menurut Soerjo, penjualan LCGC saat ini mengalami penurunan, meski turunnya tidak besar. Dulu, program LCGC dibuat agar masyarakat bisa memiliki pilihan kalau ingin beralih dari penggunaan sepeda motor ke mobil yang lebih murah.
"Menurut saya pribadi, tergantung (merek mobil tertentu) mau masuk apa nggak ke market (LCGC) itu. Kalau lihat sekarang makin nggak berani masuk ke LCGC. Kenapa? Karena udah MPV Low, pasar motor lagi berkembang, public transportation udah bagus, udah ada (taksi dan ojek) online, nggak ada kebutuhan lagi untuk (beralih) dari motor ke mobil (LCGC)," sebut Soerjo.
Lantas, kalau keuntungan tidak mengenakkan kenapa Toyota mau jualan LCGC?
"Kita ada kewajiban waktu itu untuk membantu pemerintah, dalam hal motorisasi. Temanya motorisasi, supaya orang dari yang punya motor supaya bisa beli mobil. Tapi kalau ditanya ke depan gimana, saya bilang makin turun kalau pemerintah tidak kasih insentif atau regulasi lagi akan turun," ujar Soerjo. (rgr/ddn)
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar