Jumat, 12 April 2019

Rupiah Melemah, BI Langsung Intervensi! - CNBC Indonesia



Jakarta, CNBC Indonesia -

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini masih melemah di perdagangan pasar spot. Perkembangan dari pasar komoditas semakin membatasi peluang penguatan rupiah.

Pada Jumat (12/4/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.140. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Data Reuters terakhir pada pukul 10.00 WIB US$ 1 dibanderol Rp 14.145. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Bank Indonesia (BI) langsung berada di pasar untuk melakukan stabilisasi rupiah.

"BI akan senantiasa berada di pasar untuk memastikan kestabilan Rupiah," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, Jumat (12/4/2019).




Rupiah Melemah, BI Langsung Intervensi!

Foto: Nanang Hendarsah (dok. Bank Indonesia)



Berdasarkan analisis Tim Riset CNBC Indonesia Ada satu sentimen yang membuat ruang gerak rupiah terbatas, yaitu harga minyak. Pada pukul 09:06 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,21% dan 0,31%.

Dini hari tadi, harga minyak sempat merosot sampai sekitar 1%. Penyebabnya adalah kemungkinan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk kembali menaikkan produksi setelah menguranginya sejak akhir tahun lalu.

"Jika pasokan anjlok dan harga minyak naik sampai US$ 85/barel, maka itu bukan hal yang ingin kami lihat. Jadi kami akan naikkan produksi," ungkap seorang sumber di OPEC kepada Reuters.

Namun sepertinya sentimen itu tidak bertahan lama. Investor malah balik bernafsu saat melihat harga minyak yang sudah mudah. Technical rebound terjadi.

Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak bukan berita baik. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang tidak punya pilihan selain mengimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Jadi kalau harga minyak naik, maka biaya impor komoditas ini akan semakin mahal. Tentu akan semakin banyak valas yang 'terbakar' demi mendatangkan minyak dari luar negeri. Hasilnya adalah rupiah kekurangan 'darah' sehingga cenderung melemah.

Dinamika di pasar komoditas ini semakin membebani laju rupiah, yang bersama-sama dengan mata uang Asia tidak berdaya di hadapan dolar AS. Ya, hampir seluruh mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan dolar AS.

Peso Filipina menjadi mata uang terlemah di Asia. Kemudian di atas peso ada ringgi Malaysia sementara rupiah berada di posisi ketiga terbawah.

(dru)







Read More

Tidak ada komentar:

Posting Komentar